Yuk, beri rating untuk berterima kasih pada penjawab soal!
Bisnis.com, JAKARTA - Bulan adalah benda langit yang mengorbit Bumi. Karena sumber cahaya Bulan yang terlihat dari Bumi adalah pantulan sinar Matahari, bentuk Bulan yang terlihat dari Bumi akan berubah-ubah.
Perubahan bentuk Bulan yang tampak dari Bumi ini disebut dengan fase-fase Bulan.Dari sejumlah fase Bulan, terdapat empat fase utama, yaitu fase bulan baru, fase setengah purnama awal (perempat pertama), fase purnama, dan fase setengah purnama akhir (perempat akhir).
Periode revolusi Bulan pada bidang orbitnya dihitung dari posisi fase bulan baru ke fase setengah purnama awal ke fase purnama ke fase setengah purnama akhir dan kembali ke fase bulan baru disebut sebagai periode sinodis, yang secara rata-rata ditempuh dalam waktu 29,53059 hari (29 hari 12 jam 44 menit 03 detik).
Bentuk orbit Bulan saat Bulan mengelilingi Bumi adalah ellips. Akibatnya pada suatu saat Bulan akan berada pada posisi terdekat dari Bumi, yang disebut sebagai perige, dan pada saat lain akan berada pada posisi terjauh dari Bumi, yang disebut sebagai apoge.
Periode revolusi Bulan pada bidang orbitnya dihitung dari posisi perige ke apoge dan kembali ke perige disebut sebagai periode anomalistik, yang secara rata-rata ditempuh dalam waktu 27,55455 hari (27 hari 13 jam 18 menit 33 detik).
Posisi Bulan yang paling dekat dari Bumi pada tahun 2024. Pada 10 Maret 2024 pukul 14.05 WIB Bulan berada pada posisi terdekatnya dari Bumi pada 2024 dengan jarak 356.894 km dan 1 jam 55 menit kemudian Bulan berada pada fase bulan baru. Hal yang mirip berlaku juga saat Bulan berada di apoge.
Pada 25 Februari 2024 pukul 22.00 WIB Bulan berada di apogee sejauh 406.311 km dan 26 jam 30 menit sebelumnya Bulan berada pada fase purnama.
Sebagaimana diuraikan di atas, efek perubahan jarak Bulan dari Bumi adalah besar tampakan Bulan dalam fase tertentu saat di apoge dan di perige akan berbeda. Sebagai contoh adalah saat Bulan dalam fase purnama pada tanggal 17 Oktober 2024 yang berdekatan waktunya dengan saat Bulan di perige, semi diameter Bulan yang tampak dari Bumi adalah sebesar 16’ 42,79”.
Sementara itu, pada 24 Februari 2024, saat posisi Bulan saat di apoge, semi diameter Bulannya adalah 14’ 42,84”.
Mengingat saat fase bulan baru ukuran Bulan tidak akan teramati, kecuali saat gerhana Matahari, perbandingan ukuran Bulan saat fase purnama di apoge dengan Bulan saat fase purnama di perige-lah yang dapat diamati perbedaannya dengan baik. Bulan purnama perige atau yang lebih dikenal sebagai supermoon pada tahun 2024 ini terjadi pada 21 Agustus 2024, 18 September 2024,17 Oktober 2024, dan 14 November 2024 dengan ukuran semi-diameter Bulan lebih dari 16’ 30”.
Sementara itu, Bulan purnama apoge atau yang lebih dikenal dengan minimoon terjadi pada 25 Februari 2024 dan 23 Maret 2024, dengan ukuran semi-diameter Bulan kurang dari 14’ 45”.
Berikut fase-fase purnama bulan sepanjang 2024
Bulan Ramadhan adalah bulan yang memiliki makna dan keistimewaan tersendiri bagi umat Islam di seluruh dunia. Setiap tahun, umat Islam menjalankan ibadah puasa selama bulan Ramadan sebagai salah satu dari lima rukun Islam. Namun, bulan Ramadhan memiliki perbedaan signifikan dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya. Berikut adalah beberapa perbedaan antara bulan Ramadhan dan bulan-bulan lainnya.
Perbedaan Bulan Ramadhan dan Bulan Lainnya
Bulan Ramadhan dianggap sebagai bulan suci dalam agama Islam. Di dalamnya terdapat malam Lailatul Qadr, yang dianggap sebagai malam yang penuh berkah dan keutamaan. Selama bulan Ramadhan, umat Islam dianjurkan untuk meningkatkan ibadah, membaca Al-Quran, berdoa, dan melakukan amal kebajikan secara lebih intensif.
Baca juga : Hidangan Berkah Ramadhan
Puasa adalah perbedaan paling mencolok antara bulan Ramadhan dan bulan-bulan lainnya. Selama bulan Ramadhan, umat Islam diharuskan untuk menahan diri dari makan, minum, dan mengendalikan diri mulai dari fajar hingga matahari terbenam. Hal ini dikarenakan puasa di bulan Ramadhan memiliki makna spiritual yang mendalam, di mana umat Islam berusaha memperkuat hubungan mereka dengan Allah serta mengendalikan hawa nafsu.
Selain berpuasa, umat Muslim juga dianjurkan untuk melakukan ibadah malam, yang dikenal sebagai tarawih. Tarawih dilakukan setelah sholat Isya' dan berlangsung di masjid. Ibadah ini melibatkan seluruh umat untuk membaca Al-Quran secara berjamaah dan dilakukan setiap malam selama bulan Ramadhan. Tarawih memberikan kesempatan kepada umat Muslim untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mendapatkan pahala yang besar.
Pengampunan dan Rezeki
Bulan Ramadhan juga dianggap sebagai bulan di mana pintu-pintu pengampunan terbuka lebar. Umat Islam berharap untuk mendapatkan pengampunan dari Allah atas dosa-dosa mereka selama mereka berusaha memperbaiki diri selama bulan ini. Selain itu, umat Islam juga berharap mendapatkan rezeki dan keberkahan yang melimpah di bulan suci Ramadhan.
Solidaritas dan Kebaikan
Bulan Ramadan dikenal sebagai bulan kebaikan dan solidaritas pula. Selama bulan ini, umat Islam lebih cenderung untuk memberikan sedekah, membantu orang-orang yang membutuhkan, dan berbagi makanan dengan orang lain. Pada bulan Ramadhan, umat Islam harus lebih sadar akan pentingnya berbagi rezeki dan menunjukkan empati terhadap sesama.
Bulan Ramadhan memiliki perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya. Selain menjadi bulan puasa, bulan ini juga mengandung makna spiritual yang mendalam, peluang untuk meningkatkan ibadah, dan kesempatan untuk mendapatkan berkah melimpah.
Bulan Ramadan, bulan yang penuh dengan keberkahan atau yang dikenal dengan bulan puasa sangat dinantikan oleh umat Islam sedunia. Umat Islam menyambut datangnya bulan Ramadan ini dengan senang hati karena pada bulan ini Allah subhanahu wa ta’ala membuka pintu-pintu surga dan menutup pintu-pintu neraka, serta membelenggu setan. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ
“Apabila Ramadan tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan dibelenggu.” (HR. Bukhari no. 1899 dan Muslim no. 1079).
Pada bulan suci Ramadan ini, umat Islam banyak melakukan amalan baik serta ibadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Di antara ibadah yang paling utama adalah ibadah puasa selama satu bulan. Perintah ibadah puasa pada bulan Ramadan adalah perintah Allah sebagaimana yang difirmankan pada surat Al-Baqarah ayat 183,
يٰٓـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا كُتِبَ عَلَيۡکُمُ الصِّيَامُ کَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيۡنَ مِنۡ قَبۡلِکُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُوۡنَۙ
“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (Q.S. Al-Baqarah [2: 183])
Bulan Ramadan juga merupakan bulan yang penuh kebaikan di dalamnya. Pada bulan ini banyak muslim berlomba-lomba menebar kebaikan sosial dengan memberikan makanan dan minuman untuk berbuka puasa di masjid-masjid, baik untuk anak-anak maupun orang dewasa.
Selama bulan Ramadan, Allah subhanahu wa ta’ala melipat gandakan pahala atas amal kebaikan dan ibadah yang dikerjakan umat muslim. Selain amalan kebaikan sosial, amalan kebaikan secara individu juga dikerjakan. Misalnya dengan memperbanyak ibadah sunah, seperti menunaikan salat sunah (salat duha, salat rawatib, dan salat tarawih yaitu salat malam yang dilaksanakan di bulan Ramadan), serta banyak membaca Al-Qur’an sebagai petunjuk dan pedoman umat Islam.
Al-Qur’an juga diturunkan pertama kali pada bulan Ramadan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam melalui malaikat Jibril. Al-Qur’an diturunkan sebagai petunjuk bagi manusia sebagai pembeda untuk menjelaskan mana yang haq dan yang bathil, mana yang benar dan mana yang salah. Seperti tertuang dalam Surat Al Baqarah ayat 185, Allah ta’ala berfirman,
شَهْرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلْقُرْءَانُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَٰتٍ مِّنَ ٱلْهُدَىٰ وَٱلْفُرْقَانِ ۚ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ ٱلشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَن كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ يُرِيدُ ٱللَّهُ بِكُمُ ٱلْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ ٱلْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا۟ ٱلْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا۟ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil). Oleh karena itu, siapa di antara kamu hadir (di tempat tinggalnya atau bukan musafir) pada bulan itu, berpuasalah. Siapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya) sebanyak hari (yang ditinggalkannya) pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu agar kamu bersyukur.” (Q.S. Al-Baqarah [2:185])
Pada bulan Ramadan, umat Islam dianjurkan untuk selalu membaca dan mengamalkan Al-Qur’an untuk meraih keberkahan hidup. Dengan fungsi Al-Qur’an itulah Al-Qur’an memiliki peran yang sangat penting dalam menjalani hidup. Tujuannya agar hidup berjalan dalam kebenaran dan keselamatan di dunia dan akhirat. Oleh karenanya, kita sangat dianjurkan untuk memperbanyak membaca Al-Qur’an. Setidaknya kita dapat mencoba untuk khatam membaca Al-Qur’an satu kali selama bulan Ramadan.
Selain kebaikan-kebaikan di atas, dalam bulan Ramadan ada satu malam yang kebaikannya lebih dari 1000 bulan yang disebut malam Lailatul Qadar. Disebut lebih baik dari 1000 bulan karena amalan dan ibadah yang dilakukan pada Lailatul Qadar lebih baik dari amalan yang dilakukan selama seribu bulan. Hal itu didasarkan pada firman Allah subhanahu wa ta’ala dalam Surat Al-Qadr ayat 3,
لَيْلَةُ الْقَدْرِ ەۙ خَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍۗ
“Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan.” (Q.S. Al-Qadr [97:3])
Semoga Allah subhanahu wa ta’ala menerima ibadah puasa kita dengan segala pahala kebaikan yang ada di bulan Ramadan. Amin.
Penulis: Asti Maharti Niken Sari (Staf ITCentrum – Informatika UII)